Power bank, sebuah perangkat penyambung nyawa ponsel yang tampaknya semakin populer dan seakan menjadi produk yang wajib dimiliki oleh pengguna gadget modern.
Portabilitasnya menjadi alasan sebagian orang untuk selalu menghubungkannya ke power bank. Namun dalam penggunaan sehari-hari, power bank yang tadinya memiliki peran yang amat penting bisa menjadi sumber frustrasi.
Walaupun dirancang untuk penggunaan dalam hitungan tahunan, beberapa orang melaporkan power bank mereka melemah atau bahkan rusak hanya dalam beberapa bulan. Penyebabnya? Penggunaan yang tidak sepantasnya.
Berikut ini beberapa tips penggunaan power bank yang benar agar tidak cepat rusak — disertai juga link referensi pendukung yang bisa kamu pelajari lebih lanjut.
Daftar isi
#1 Hanya Isi ulang power bank sampai 80% saja
Tanpa harus menjelaskan cara kerja sel baterai di power bank secara detail, pengisian daya sekitar 70% – 80% adalah praktik terbaik untuk memastikan perangkat tetap dalam kondisi optimal selama mungkin.
Sederhananya, pengisian daya di atas 70% akan meningkatkan voltase dimana baterai mulai merasa tersiksa. Keadaan pun semakin memburuk ketika mendekati angka 100%. Peneliti pun merekomendasikan untuk mengisi daya sampai ke level antara 70% – 80% saja.
Pada power bank, biasanya ada beberapa lampu indikator yang mencerminkan kapasitasnya. Misal empat titik lampu mencerminkan masing-masing 25%, jadi sebaiknya hentikan pengisian ketika tiga titik sudah terpenuhi.
Referensi:
- Depth of Discharge
- Factors that affect cycle-life and possible degradation mechanisms of a Li-ion cell based on LiCoO2
#2 Hindari cas power bank ketika suhu sekitar terlalu panas
Baik dalam proses charge maupun discharge, power bank cenderung terasa hangat, namun ini adalah hal yang normal. Namun perlu diwaspadai ketika ingin menggunakan power bank ketika suhu sekitar sedang panas.
Suhu rata-rata power bank bisa mencapai 55°C, baik saat charge maupun discharge — kamu tentunya tidak ingin menambah ekstra panas ke perangkat. Panas berlebih dapat mengganggu stabilitas komponen kimia di dalam baterai dan membuat kapasitas aslinya berkurang.
Referensi:
- Panasonic: Is it normal for batteries or chargers to heat up while charging?
- Temperature effect and thermal impact in lithium-ion batteries: A review
- Here’s what happens when a lithium-ion battery overheats
#3 Gunakan case pelindung ketika membawa power bank
Singkatnya, nyaris komponen elektronik akan rusak usai menerima guncangan hebat atau terjatuh. Dan power bank tidak terkecuali. Baterai di dalam power bank dapat berlekuk atau bahkan bocor secara fisik, menyebabkan kerusakan komponen baterai hingga oksidasi yang dapat menyebabkannya terbakar.
Sebagai solusi, kamu bisa menambahkan case pelindung untuk memastikan power bank tetap aman ketika terguncang atau terjatuh. Jika tidak menemukan case yang kompatibel, boleh melapisi perangkat dengan kain tebal, setidaknya ketika sedang dibawa.
Referensi:
- Safety Hazard Warnings for Lithium-Ion Polymer Batteries
- Damaged Lithium Ion Batteries: Storing, Handling & Shipping
#4 Jangan cas power bank dari power bank lain
Selain terlihat konyol, praktik ini sangat tidak efisien.
Coba kamu pikir lagi, sebuah power bank berkapasitas 10.000 mAh bukan berarti bisa memberikan seluruh tenaga tersebut. Umumnya kamu hanya akan melihat angka output berkisar 6.000 9.000 mAh saja tergantung dari berbagai faktor.
Energy efficiency loss, itulah istilah teknisnya dan ini pasti terjadi ketika memindahkan energi. Proses transfer energi juga menghasilkan panas, gelombang, hingga suara.
Memang, mengisi daya power bank dari power bank lain pada dasarnya tidak berbahaya. Namun bukan pilihan yang paling efisien dan ekonomis.
Referensi:
#5 Ubah pola pikir, power bank hanya untuk darurat
Mungkin ini adalah konklusi dari poin-poin di atas.
Tidak jarang pengguna smartphone terus menghubungkan ponselnya ke power bank, seolah ponsel tersebut tidak bisa beroperasi dengan baterainya sendiri. Tak ubahnya seperti seseorang dengan jantung buatan yang harus membawa tas berisi baterai dan mesin kemanapun ia pergi agar tetap hidup.
Teknologi baterai yang saat ini kita pakai memiliki batasan yang mendikte usianya. Semakin sering ia mengalami siklus charge dan discharge, semakin cepat pula kapasitas aslinya berkurang dan tak lagi mampu menyuplai energi yang diperlukan.
Esensinya, power bank adalah sumber daya darurat ketika tidak ada colokan listrik yang tersedia, bukan sesuatu yang terus-menerus menempel dengan smartphone kamu. Aktivitas penguras energi seperti bermain game, menonton video, dan scrolling Instagram sampai mentok sebaiknya dikurangi atau bahkan dihindari ketika berada di luar rumah.
Selain itu, mengaktifkan mode gelap terbukti mampu mengurangi konsumsi energi yang cukup berarti.
Itulah beberapa tips yang secara saintifik dapat memperpanjang umur power bank. Karena basis teknologinya sama, tips di atas juga dapat diaplikasikan pada barang elektronik lain yang menggunakan baterai lithium sebagai sumber energi.
Di luar dari itu, pastikan pula untuk menjaga power bank kering, terhindar dari suhu panas dan dingin berlebih, serta membersihkannya secara rutin untuk mencegah korosif pada komponen penting.